Tradisi Kebo-keboan, Ritual Tahunan di Bulan Suro
Terdapat tradisi unik yang digelar setiap setahun sekali di Banyuwangi, tepatnya di Desa Alasmalang. Masyarakat sekitar menyebutnya Kebo-keboan yang dalam istilah jawa berarti kerbau jadi-jadian.
Ritual Kebo-keboan digelar setiap bulan Muharam atau Suro dalam kalender jawa dan jatuh pada hari Minggu di antara tanggal 1 sampai 10. Ritual ini bertujuan sebagai penolak marabahaya serta ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Para peserta ritual Kebo-keboan yang telah dipilih oleh ketua adat berdandan layaknya seekor kerbau. Seluruh tubuh mereka dibalut dengan warna hitam, lengkap dengan tanduk dan kalung kerbaunya.
Tak hanya itu, seorang perempuan cantik dipilih untuk berperan sebagai Dewi Sri, simbol kesuburan dan kemakmuran. Diiringi dengan kereta yang berisi berbagai hasil tani seperti singkong, jagung, pisang, dll.
Acara tersebut dimulai dengan selamatan dan doa yang dipimpin oleh mudin. Kemudian dilanjutkan dengan makan tumpeng bersama dan diakhiri acara pawai ider bumi yang menjadi acara puncaknya.
Begitu mencapai acara puncak, jalanan di desa tempat berlangsungnya acara pun langsung dibanjiri dengan air hingga banyak sudut jalan yang menyerupai kubangan kerbau yang berada di sawah. Beberapa peserta Kebo-keboan langsung berendam di dalamnya bak seekor kerbau.
Kemudian dilanjutkan dengan pawai Ider Bumi menuju bendungan air yang berada di ujung jalan desa. Sesampainya di sana, Jakatirta atau petugas pengatur air membuka saluran air yang menuju ke areal persawahan.
Setibanya seluruh peserta di areal persawahan, para Kebo-keboan ini akan melakukan pekerjaan seekor kerbau yaitu membajak sawah. Setelah itu akan terlihat tontonan yang menarik, mereka akan bergulat dan bermain lumpur serta sesekali menarik penonton yang berada didekatnya untuk bergabung.
Konon menurut cerita, ritual ini berawal dari wabah penyakit yang pernah menimpa di desa ini. Hampir seluruh tanaman diserang hama dan warganya menderita penyakit hingga terjadi bencana kelaparan dan tak sedikit yang meninggal.
Mbah Karti yang merupakan sesepuh desa berinisiatif untuk melakukan meditasi di bukit untuk mencari jalan keluarnya. Hingga akhirnya mendapat wangsit untuk melakukan ritual selamatan dan Kebo-keboan. Setelah ritual tersebut dijalankan, segala wabah penyakit pun menghilang dan tetap di lestarikan sampai sekarang.